Wednesday, November 6, 2013

Pastikan diri kita bahagia ....


Saya baru saja membaca tulisan di @jihandavincka.wordpress.com yang bunyinya :" Sebesar apapun kita ingin membahagiakan mereka, apapun pilihan kita, jangan mengabaikan kebahagiaan diri sendiri ..... " Bagus sekali tulisannya dan memang itulah keadaan yang selalu saya perjuangkan setiap hari dalam kehidupan saya .

Mungkin kalau 35 tahun yang lalu saya sudah menemukan kata2 seperti diatas , mungkin keadaan saya tidak seperti sekarang . Waktu dulu saya sangat miskin informasi tentang kehidupan. Kehidupan yang bahagia hanya saya dapatkan dari buku2 cerita yang saya baca sejak kecil. Saya sangat suka membaca buku yang saya pinjam dari perpustakaan satu2nya yang ada di kota saya . itupun karewna ada kakak saya yang punya hobi membaca dan menjadi anggota perpustakaan jadi saya sering ikut membaca buku2 yang dipinjam.

Orang tua saya tidak memberi saya bekal apapun kecuali , bersekolah, mengaji , lulus ...itu saja . Orang tua saya termasuk orang tua jaman dulu yang sangat minim pendidikan. Mereka tidak tahu bahwa anak2 perlu perhatian khusus apalagi menjelang dewasa . Kami bersepuluh saudara dan ibu saya memjalankan roda rumah tangga sebesar itu hanya dibantu 1 orang pembantu setia kami. Tidak ada waktu untuk memperhatikan perkembangan jiwa anak2nya . Kami tahunya hanya harus menurut apa kata orang tua, pendapat pribadi tidak dianjurkan..

Apalagi ibu saya ...lebih sibuk dari manager manapun ... mengurus suami, anak yng 10 orang  , memcuci, memasak, melahirkan, kalau lagi paceklik dia menumbuk jagung untuk makan sekeluarga. Karena saya waktu itu masih kecil saya tidak tahu seberapa besar tenaga dan pikiran yang beliau curahkan untuk keluarganya . Apakah dia cukup bahagia ...saya tidak tahu ..karena dalam kesehariannya saya melihat ibuku selalu dalam keadaaan sibuk, tegang dan jarang ada waktu buat santai...tetapi semua itu dijalankan karena itu merupakan kewajibannya.

Tidak heran kalau beliau tidak ada waktu buat anak2nya ..apalagi mau mendengat cerita , atau melihat perkembangan kami anak2nya . apakah beliau bahagia ..saya tidak tahu.

Kehidupan ibuku menempel dikepribaidanku yang mudah takut, penurut dan tidak pernah melawan ..sampai saatnya tiba saya menikah , saya menikah hanya kebutuhan biologis dan agar saya merasa menikah itu kewajiban.

Singkatnya pada waktu pernikahan saya yang pertama saya merasa tidak bahagia karena semua tidak sesuai dengan ekpektasi saya . Saya meneruskan perkawian hanya untuk bertahan  tidak ada lain ..dan saya tidak bahagia sehingga berahir perceraian.

Jadi kembali keropik diatas saya punya kesimpulan bahwa " carilah kebahagiaan dalam hidup terlebih dahulu baru saya bisa membagi kebahagiaan itu dengan orang lain"






No comments:

Post a Comment