Dari mulai
usia 19th , tepatnya setelah lulus SMA th 1972, saya langsung hijrah
ke Jakarta dari kota kecil yang namanya
Blora, sebuah kota kecil yang terletak
di perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Saya
merantau ke Jakarta itu karena memang saya sudah tidak punya pilihan lain.
Cita2 untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi tidak tercapai dikarenakan
orang tua kami tidak mempunyai biaya untuk sekolah saya selanjutnya. Jadilah
saya datang ke Jakarta dan menumpang dirumah kakak perempuan.
Sebetulnya
saya ke Jakarta itu karena memang tidak ada pilihan lain, daripada saya menetap
dikota kecil dan tidak sekolah lebih baik saya ke Jakarta untuk mencoba
peruntungan saya. Karena hanya di Jakarta saya punya kakak yang saya bisa
menumpang.Kakak saya adalah seorang penjahit yang sudah berpegalaman, dan
banyak sekali pelanggannya. Karena saya tidak mempunyai pekerjaan lain jadi
saya hanya membantu2 pekerjaan rumah tangga dan juga membantu pekerjaan
menjahit.
Tiba2 kakak
saya sekeluarga harus pindah ke Irian Jaya , dan saya ditinggal sendirian di
Jakarta dengan seorang pembantu. Disitulah saya benar2 kebingungan karena kakak
saya hanya berpesan untuk meneruskan usaha jahitnya karena dia sudah banyak
pelanggannya. Padahal saya hanya dibekali pengetahuan menjahit yang dasar saja.
Tapi saya tidak punya pilihan. Dari pada harus pulang kampung dan tidak punya pekerjaan
disana, lebih baik saya mencoba.
Kenapa saya
ceritakan hal tersebut diatas , karena
saat itulah awal saya mengenal yang namanya “bekerja mencari
nafkah” untuk diri sendiri. Dengan
pengetahuan yang terbatas dan diusia yang masih sangat muda 20th
saya tinggal di Jakarta hanya ditemani seorang pembantu dan mulai menerima
jahitan untuk mencukupi kehidupan saya sehari2 . Saya tidak menyangka sama
sekalai bahwa dunia saya begitu cepatnya berubah, dari yang ingin meneruskan
sekolah , malah harus bekerja mencari nafkah . Dan saat itu keuangan keluarga
kami juga sangat memprihatinkan.
Maka mulailah saya dengan keberanian yang
seadanya mulai melangkah untuk menerima jahitan dari para pelangggan kakak
saya. Saya tidak pernah mengikuti kursus menjahit, tetapi saya hanya diajarkan
secara otodidak oleh kakak saya dan dalam waktu singkat , bagaimana caranya
membuat pola baju . Saat itu saya begitu ketakutan setengah mati kalau ada
orang datang untuk menjahitkan baju, tetapi ajaibnya saya terima juga . Ilmu
“kepepet” saya terapkan, karena saya
sadar bahwa itu satu2nya sumber keuangan saya untuk hidup mandiri di
Jakarta. Tanpa saya sadari saya telah
berhasil menjaga pelanggan kakak saya dan saya bisa menjahit berbagai macam
baju dari rok, blouse, kebaya sampai celana panjang. Saking asiknya kadang2 saya bangun jam 4 pagi
sudah mulai menjalankan mesin jahit manual saya . Saat ini saya baru menyadari
bahwa saya adalah orang yang “suka bekerja keras”. Terbukti dengan menerima jahitan saja saya bisa
mengirimkan uang kepada orangtua saya dikampung , bisa membelikan kebaya buat
lebaran ibu saya .
Sampai suatu
saat saya bosan menjahit dan saya ingin
bekerja di kantor . Mulailah saya mengikuti kursus bahasa Inggris . Karena saya
tahu saat itu anak kampung kalau diadu kepintaran bs Inggris di Jakarta pasti
kalah. Waktu itu saya mengikuti kursus bhs Inggris di daerah Salemba tengah.
Saya sering melihat perempuan2 muda pulang kantor dan saya dalam hati berdoa
bahwa saya suatu saat harus bisa kerja dikantor.
Doa saya
tidak lama terjawab, saya mengikuti test masuk menjadi pegawai sebuah hotel
international yang baru di buka yang terletak di Lapangan Banteng, dan ajaibnya
saya diterima sebagai penerima order tamu atau disebut “order taker”. Betapa
senangnya saya menyandang predikat pegawai .
Hidup saya bergulir
amat cepatnya dan itu tidak sebanding dengan pengalaman hidup saya . Saya masih
mambawa sifat anak kampung , bodoh dan lugu.
Saya mulai
menikmati gaji kantor sebenarnya dan ekonomi saya membaik sehingga saya bisa
mengirim keorang tua dan adik2 saya . Bahagia sekali. Tuhan menjawab doa saya
untuk menjadi pegawai.
Tetapi
karena sifat bodoh dan lugu saya , sya terjatuj kedalam sebuah kesulitan
hidup. Ditempat kerja saya bertemu
dengan seorang pria dan saya sangat tergila2 kepadanya dan dia dengan sangat
pandainya membuat saya tergila2. Saya tidak tahu bahwa pria tersebut sudah
sangat berpengalaman dalam menundukkan hati perempuan. Untuk singkatnya saya
terpesona dan singkatnya saya menikah.
Hidup
langsung berubah total, karena apa yang ada dibayangan saya menikah itu baik,
jujur, saling sayang tidak ada. Jujur saya lelaki itu adalah pacar saya yang
pertama dan sekaligus menjadi suami saya.
Berat rasanya hidup yang saya lalui , keuangan keluarga berantakan karena
suami tidak biasa memberikan uang gaji bulanan kepada istri . Keadaan itu
berlangsung sampai saya memiliki 2 anak.
Keuangan
ruamah tangga saya yang mencukupi, hasil kerja suami hanya untuk menutupi
hutang2 yang dibuatnya sendiri. Saat itu saya menyadari bahwa roda rumah tangga
masih bisa berjalan itu hanya karena saya mempunyai sifat “ pekerja
keras”.
Saya sudah
mulai menginjak usia 30 tahun , sudah menjadi wanita dewasa, dan sudah mulai
merasa bosan dengan ritunitas rumah tangga saya. Tetapi saya tidak tahu cara
untuk mengahiri.
Sampai suatu
saat suami saya yang saat itu bekerja di luarkota mengatakan dengan terus
terang bahwa dia punya “perempuan lain” dan mungkin dia akan menikah dengan
perempuan pilihannya. Saya kaget, shock dan lama saya menyadari kebodohan dan
keluguan saya, tapi sebenarnya itu yang saya tunggu2 selama ini. Rumah tangga
saya hanya menunggu sebuah pemicu saya untuk menjadi berantakan. Sekarang ini kalau saya mengingat masa2 itu,
saya tertawa dan “takjub “ akan kebodohan saya saat itu. Tapi semua sudah
terlanjur dan sampai terjadilah “perceraian” .
Ajaib , setelah
perceraian keadaan rumah tangga saya justru membaik , karena dengan kerja keras
saya saya bisa mencapai posisi Manager dikantor dan saya bisa membeli rumah pribadi untuk
kedua anak saya. Saya menyadari bahaitu semua itu adalah berkat “kerja keras” saya. Terimaksih
Tuhan.
Hidup terus
berjalan sampai menginjak mas perkawinan yang ke 2 dan saya mendapatkan
kehidupan yang sangat baik dan teratur , seperti yang saya harapkan , “ bahagia
“ .
Sampai
saatnya saya menginjak masa pra pensiun, sekitar 2 tahun menjelang masa
pensiun, ada kepanikan yang melanda diri saya . Sebabnya adalah pikiran2
negatif yang datang setiap hari serasa mengetuk2 batok kepala saya, pikiran itu adalah “ bagaimana mau menghidupi
diri sendiri setelah pensiun”, padahal saya dan suami banyak sekali tanggungan
setiap bulan. Anak2 kami belum mentas, ponakan dan saudara2 masih menjadi
tanggungan kami.
Pikiran2 itu
hampir membuat saya tumbang , sampai suatu saat saya pergi ke took untuk
mencari buku2 kesukaan saya dan tiba2 di rak buku motivasi saya melihat ada sebuah yang dikarang oleh Purdi
Chandra yang berjudul “ Cara gila memulai bisnis “ ( semoga judulnya tidak
salah , karena saya sudah lupa dan bukunyapun sudah saya pinjamkan kepada teman).
Waktu saya memutar videonya saya betul2 terpesona , terpukau, shock oleh cara2
yang diterapkan untuk mencapai keberhasilah bisnis. Singkat kata diperlukan
“kerja keras “ lagi untuk menyongsong masa pensiun. Kemudian saya menerapkan
tips dalam buku tersebut. Saya akan mengulas soal pengaruh buku tersebut dalam
kehidupan saya sehari2 di buku yang lain.
Nah itulah
sebabnya mengapa saya sampai usia sekarang 61tahun masih tetap menjalankan
bisnis , walaupun ada masa jatuh bangunnya, dan ada juga certa manisnya . Semua
alah berkat “kerja keras” .
Terimaksih
Tuhan …atas karunia sifat kerja keras
yang selalu hidup dalam diri saya .
Jakarta
20 Februari 2014
No comments:
Post a Comment