Wednesday, February 19, 2014

Kenapa Saya Suka Bekerja Keras biarpun diusia Tua




Dari mulai usia 19th , tepatnya setelah lulus SMA th 1972, saya langsung hijrah ke Jakarta dari kota kecil  yang namanya Blora, sebuah kota  kecil yang terletak di perbatasan antara Jawa Timur dan Jawa Tengah.
Saya merantau ke Jakarta itu karena memang saya sudah tidak punya pilihan lain. Cita2 untuk melanjutkan kuliah di perguruan tinggi tidak tercapai dikarenakan orang tua kami tidak mempunyai biaya untuk sekolah saya selanjutnya. Jadilah saya datang ke Jakarta dan menumpang dirumah kakak perempuan.
Sebetulnya saya ke Jakarta itu karena memang tidak ada pilihan lain, daripada saya menetap dikota kecil dan tidak sekolah lebih baik saya ke Jakarta untuk mencoba peruntungan saya. Karena hanya di Jakarta saya punya kakak yang saya bisa menumpang.Kakak saya adalah seorang penjahit yang sudah berpegalaman, dan banyak sekali pelanggannya. Karena saya tidak mempunyai pekerjaan lain jadi saya hanya membantu2 pekerjaan rumah tangga dan juga membantu pekerjaan menjahit.

Tiba2 kakak saya sekeluarga harus pindah ke Irian Jaya , dan saya ditinggal sendirian di Jakarta dengan seorang pembantu. Disitulah saya benar2 kebingungan karena kakak saya hanya berpesan untuk meneruskan usaha jahitnya karena dia sudah banyak pelanggannya. Padahal saya hanya dibekali pengetahuan menjahit yang dasar saja. Tapi saya tidak punya pilihan. Dari pada harus pulang kampung dan tidak punya pekerjaan disana, lebih baik saya mencoba.
Kenapa saya ceritakan hal tersebut diatas , karena  saat itulah awal saya mengenal yang namanya “bekerja mencari nafkah”  untuk diri sendiri. Dengan pengetahuan yang terbatas dan diusia yang masih sangat muda 20th saya tinggal di Jakarta hanya ditemani seorang pembantu dan mulai menerima jahitan untuk mencukupi kehidupan saya sehari2 . Saya tidak menyangka sama sekalai bahwa dunia saya begitu cepatnya berubah, dari yang ingin meneruskan sekolah , malah harus bekerja mencari nafkah . Dan saat itu keuangan keluarga kami juga sangat memprihatinkan.
 Maka mulailah saya dengan keberanian yang seadanya mulai melangkah untuk menerima jahitan dari para pelangggan kakak saya. Saya tidak pernah mengikuti kursus menjahit, tetapi saya hanya diajarkan secara otodidak oleh kakak saya dan dalam waktu singkat , bagaimana caranya membuat pola baju . Saat itu saya begitu ketakutan setengah mati kalau ada orang datang untuk menjahitkan baju, tetapi ajaibnya saya terima juga . Ilmu “kepepet”  saya terapkan, karena saya sadar bahwa itu satu2nya sumber keuangan saya untuk hidup mandiri di Jakarta.  Tanpa saya sadari saya telah berhasil menjaga pelanggan kakak saya dan saya bisa menjahit berbagai macam baju dari rok, blouse, kebaya sampai celana panjang.  Saking asiknya kadang2 saya bangun jam 4 pagi sudah mulai menjalankan mesin jahit manual saya . Saat ini saya baru menyadari bahwa saya adalah orang yang “suka bekerja keras”. Terbukti  dengan menerima jahitan saja saya bisa mengirimkan uang kepada orangtua saya dikampung , bisa membelikan kebaya buat lebaran ibu saya .


Sampai suatu saat saya bosan  menjahit dan saya ingin bekerja di kantor . Mulailah saya mengikuti kursus bahasa Inggris . Karena saya tahu saat itu anak kampung kalau diadu kepintaran bs Inggris di Jakarta pasti kalah. Waktu itu saya mengikuti kursus bhs Inggris di daerah Salemba tengah. Saya sering melihat perempuan2 muda pulang kantor dan saya dalam hati berdoa bahwa saya suatu saat harus bisa kerja dikantor.

Doa saya tidak lama terjawab, saya mengikuti test masuk menjadi pegawai sebuah hotel international yang baru di buka yang terletak di Lapangan Banteng, dan ajaibnya saya diterima sebagai penerima order tamu atau disebut “order taker”. Betapa senangnya saya menyandang predikat pegawai .
Hidup saya bergulir amat cepatnya dan itu tidak sebanding dengan pengalaman hidup saya . Saya masih mambawa sifat anak kampung , bodoh dan lugu.
Saya mulai menikmati gaji kantor sebenarnya dan ekonomi saya membaik sehingga saya bisa mengirim keorang tua dan adik2 saya . Bahagia sekali. Tuhan menjawab doa saya untuk menjadi pegawai.
Tetapi karena sifat bodoh dan lugu saya , sya terjatuj kedalam sebuah kesulitan hidup.  Ditempat kerja saya bertemu dengan seorang pria dan saya sangat tergila2 kepadanya dan dia dengan sangat pandainya membuat saya tergila2. Saya tidak tahu bahwa pria tersebut sudah sangat berpengalaman dalam menundukkan hati perempuan. Untuk singkatnya saya terpesona dan singkatnya saya menikah.
Hidup langsung berubah total, karena apa yang ada dibayangan saya menikah itu baik, jujur, saling sayang tidak ada. Jujur saya lelaki itu adalah pacar saya yang pertama dan sekaligus menjadi suami saya.  Berat rasanya hidup yang saya lalui , keuangan keluarga berantakan karena suami tidak biasa memberikan uang gaji bulanan kepada istri . Keadaan itu berlangsung sampai saya memiliki 2 anak.  

Keuangan ruamah tangga saya yang mencukupi, hasil kerja suami hanya untuk menutupi hutang2 yang dibuatnya sendiri. Saat itu saya menyadari bahwa roda rumah tangga masih bisa berjalan itu hanya karena saya mempunyai sifat “ pekerja keras”. 
Saya sudah mulai menginjak usia 30 tahun , sudah menjadi wanita dewasa, dan sudah mulai merasa bosan dengan ritunitas rumah tangga saya. Tetapi saya tidak tahu cara untuk mengahiri.
Sampai suatu saat suami saya yang saat itu bekerja di luarkota mengatakan dengan terus terang bahwa dia punya “perempuan lain” dan mungkin dia akan menikah dengan perempuan pilihannya. Saya kaget, shock dan lama saya menyadari kebodohan dan keluguan saya, tapi sebenarnya itu yang saya tunggu2 selama ini. Rumah tangga saya hanya menunggu sebuah pemicu saya untuk menjadi berantakan.  Sekarang ini kalau saya mengingat masa2 itu, saya tertawa dan “takjub “ akan kebodohan saya saat itu. Tapi semua sudah terlanjur dan sampai terjadilah “perceraian” .
Ajaib , setelah perceraian keadaan rumah tangga saya justru membaik , karena dengan kerja keras saya saya bisa mencapai posisi Manager dikantor  dan saya bisa membeli rumah pribadi untuk kedua anak saya. Saya menyadari bahaitu semua itu  adalah berkat “kerja keras” saya. Terimaksih Tuhan.
Hidup terus berjalan sampai menginjak mas perkawinan yang ke 2 dan saya mendapatkan kehidupan yang sangat baik dan teratur , seperti yang saya harapkan , “ bahagia “ .
Sampai saatnya saya menginjak masa pra pensiun, sekitar 2 tahun menjelang masa pensiun, ada kepanikan yang melanda diri saya . Sebabnya adalah pikiran2 negatif yang datang setiap hari serasa mengetuk2 batok kepala saya,  pikiran itu adalah “ bagaimana mau menghidupi diri sendiri setelah pensiun”, padahal saya dan suami banyak sekali tanggungan setiap bulan. Anak2 kami belum mentas, ponakan dan saudara2 masih menjadi tanggungan kami.


Pikiran2 itu hampir membuat saya tumbang , sampai suatu saat saya pergi ke took untuk mencari buku2 kesukaan saya dan tiba2 di rak buku motivasi saya  melihat ada sebuah yang dikarang oleh Purdi Chandra yang berjudul “ Cara gila memulai bisnis “ ( semoga judulnya tidak salah , karena saya sudah lupa dan bukunyapun sudah saya pinjamkan kepada teman). Waktu saya memutar videonya saya betul2 terpesona , terpukau, shock oleh cara2 yang diterapkan untuk mencapai keberhasilah bisnis. Singkat kata diperlukan “kerja keras “ lagi untuk menyongsong masa pensiun. Kemudian saya menerapkan tips dalam buku tersebut. Saya akan mengulas soal pengaruh buku tersebut dalam kehidupan saya sehari2 di buku yang lain.
Nah itulah sebabnya mengapa saya sampai usia sekarang 61tahun masih tetap menjalankan bisnis , walaupun ada masa jatuh bangunnya, dan ada juga certa manisnya . Semua alah berkat “kerja keras” .
Terimaksih Tuhan …atas karunia sifat kerja keras  yang selalu hidup dalam diri saya .

Jakarta
20 Februari 2014

No comments:

Post a Comment